Rabu, 12 Juli 2023

TINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN, STAF PERAWATAN LAPAS KALABAHI IKUTI WORKSHOP MANAJEMEN PROGRAM INFEKSI LATEN DAN PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TBC


Kupang_Rabu (12/07/23) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam penanganan dan pengobatan penyakit Tuberculosis (TBC), Staf Perawatan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Kalabahi, Andryan H. Kolly, mengikuti Workshop Manajemen Program Infeksi Laten Tuberculosis (ILTB) dan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberculosis (TPT) bagi seluruh tenaga kesehatan, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dinkesdukcapil) Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Keikutsertaan Staf Perawatan Lapas Kelas IIB Kalabahi dalam workshop ini, mendapatkan dukungan penuh dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIB Kalabahi, Yusup Gunawan, terlebih Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nusa Tenggara Timur, Marciana D. Jone.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Harper Kompleks CBD Kota Kupang ini, dimulai dari tanggal 11 sampai dengan 15 Juli 2023, dengan menghadirkan peserta sebanyak 169 orang, yang merupakan tenaga kesehatan dari berbagai profesi. Mereka adalah Dokter Umum, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Perawat, Petugas Tuberculosis, dan Petugas Promosi Kesehatan yang tersebar di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Pemerintah/Swasta, Klinik Kesehatan Pemerintah/Swasta, dan Klinik Lapas/Rutan di wilayah Kota Kupang, Kabupaten Alor, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Malaka.




Workshop dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Kadiskesdukcapil) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ruth D. Laiskodat, dan dihadiri oleh para Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, Pejabat Fungsional Dinkesdukcapil Provinsi NTT serta perwakilan berbagai organisasi profesi kesehatan.

Dalam sambutannya, Kadiskesdukcapil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, menyampaikan bahwa penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan global hingga sekarang. Menurutnya, TBC merupakan penyakit menular yang menjadi pembunuh paling mematikan di dunia.

"Berdasarkan global TB Report tahun 2022, Insidensi tuberkulosis dalam 100.000 penduduk mencapai 354 per 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus Tuberkulosis sebanyak 969.000 serta jumlah kematian sebanyak 144.000 per tahun," jelas Ruth.

Ruth juga menerangkan bahwa rata-rata penemuan kasus TBC yang terlaporkan di Sistem Informasi Tuberculosis (SITB) Provinsi NTT dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2020 – 2022) sebanyak 6.269 kasus. Penemuan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2022, yakni sebanyak 8.064 kasus, tetapi diikuti dengan kenaikan target penemuan sebanyak 21.927 sehingga Provinsi NTT mendapat persentase treatment coverage sebesar 36,77% dari target yang harus dicapai, yakni di atas 90%.

Lebih lanjut, Ruth menjelaskan terkait angka keberhasilan pengobatan TBD di Provinsi NTT Tahun 2022 (kohort pasien tahun 2021) yang mencapai 89,80%. Capaian ini masih di bawah target nasional, yakni 90%. Dari 22 Kabupaten, 13 Kabupaten yang telah mencapai target 90%, yakni Kabupaten Belu, Kabupaten Ende, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Malaka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Manggarai Barat. Sedangkan 9 kabupaten lainnya berada di bawah 90% dengan 3 Kabupaten terendah, yakni Kabupaten Alor (69,20%), Kabupaten Manggarai (82,30%), dan Kabupaten Timor Tengah Utara (84,42%).

"Berdasarkan data, beban Infeksi Laten Tuberculosis di dunia pada Tahun 2014 adalah sekitar 1,7 milyar orang yang diperkirakan memiliki ILTB dan berisiko berkembang menjadi penyakit TBC aktif seumur hidup. Dimana 35% diantaranya berasal dari wilayah Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara Asia Tenggara dengan beban masalah TBC aktif terbanyak di dunia, maka ada banyak penderita yang mengalami TBC aktif di dalamnya. Akibatnya banyak populasi yang berisiko terkena ILTB," tuturnya.



Kemudian, Ruth menyampaikan terkait permasalahan yang dihadapi Provinsi NTT dalam menangani TBC. Ia menjelaskan bahwa penemuan kasus TBC di Provinsi NTT masih rendah dan angka keberhasilan pengobatannya yang masih di bawah target 90%, ditambah dengan beban Infeksi Laten Tuberculosis yang belum berjalan dengan baik, karena belum semua tenaga kesehatan mendapatkan sosialisasi mengenai Manajemen ILTB dan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberculosis.

Diakhir penyampaiannya, Ruth berharap agar seluruh peserta workshop dapat memanfaatkan waktu dengan baik untuk menyimak dan memahami seluruh materi yang disampaikan narasumber sehingga menjadi sumber informasi tentang Manajemen ILTB dan TPT bagi tenaga kesehatan lainnya dan juga bagi masyarakat umum.

Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi pre test, pemaparan materi oleh beberapa narasumber, diskusi tanya jawab dan kuis, serta post test yang akan berlangsung pada akhir kegiatan. (Humas_AN)





 

0 komentar:

Posting Komentar